Laman

Kamis, 25 November 2010

NYONGKOLAN



 BAB I
PENDAHULUAN

     Latar belakang
Budaya merupakan ciri has suatu bangsa, yang mana hal tersebut merupakan keharusan untuk dilaksanakan. Sebagai contoh budaya yang ada di Pulau Lombok (Sasak) sorong serah aji kerame. Adat ini sangat menarik perhatian masyarakat, kenapa demikian? ketika ada acara sorong serah aji kerame atau biasanya nyongkolan, masyarakat belomba-lomba untuk menyaksikan langsung dan tidak ada satupun yang mau ketinggalan mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Bagi masyarakat, Adat tersebut merupakan bagian terpenting dalam sebuah perkawinan karena memang sangat menarik terlebih lagi ketika goyangan seorang penari mengiringi untaian irama dan lagu membuat para penonton merasa terpanggil untuk tampil bahkan sampai lupa diri.
Namun ada satu hal yang mengundang banyak tanya khususnya dari kalangan masyarakat biasa dengan adat sasak yang satu ini. Selama ini, prosesi adat nyongkolan ternyata masih ada perbedaan dari masyarakat khususnya kaum bangsawan. Ketika kaum bangsawan melaksanakan adat ini ada istilah “bau acan”, dan jika masyarakat biasa yang melaksanakan, acara tersebut tidak ada. kemudian saat nyongkolan, ketika masyarakat tidak mengenakan pakaian adat, maka tidak diberikan masuk dalam iringan pengantin.
Hal demikian tentu jelas sekali bahwa terdapat perbedaan/ diskriminasi diantara kedua golongan masyarakat sasak. Berangkat dari sana, bahwa kemajuan IPTEKS ternyata tidak mengubah diskriminasi diantara masyarakat biasa dan masyarakat bangsawan. Apakah hal ini selamanya akan terjadi? Apakah memang terdapat perbedaan diantara kedua golongan masyarakat? Apakah masyarakat biasa tidak pantas untuk mendapatkan semua itu? Kemudian siapa yang bertanggung  jawab dalam hal ini? Dalam hati walau tak terucap, kata itu pasti ada.
Sesungguhnya, ketika kita menyadari dan berpikir bahwa Allah SWT menciptakan manusia adalah sama. Bahkan dalam hukum negara jelas dikatakan bahwa setiap manusia harus diperlakukan sama dan berhak menerima apa yang diterima orang lain.

 
BAB II
PEMBAHASAN

Nyongkolan merupakan acara sorong serah yang dimana pengantin laki-laki mendatangi rumah perempuan, kebiasaan acara nyongkolan ini diikuti oleh banyak orang karena pengantin laki-laki yang akan berkunjung kerumah sang perempuan harus dikawal oleh masyarakat banyak layaknya seorang raja dan ratu yang dikawal perajuritnya. Dengan mengenakan busana adat yang khas, pengantin dan keluarga yang ditemani oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemuka adat beserta sanak saudara, berjalan keliling desa atau dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Tradisi ini juga merupakan sebuah bentuk "pengumuman" bahwa pasangan tersebut sudah resmi menikah.
Hingga saat ini, Nyongkolan masih tetap berlangsung Akan tetapi pada saat ini budaya nyongkolan ini sudah mulai memudar, hal ini disebabkan kurangnya kepedulian masyarakat akan budaya nyongkolan yang dimana budaya nyongkolan ini merupakan ciri khas budaya sasak. Salah satu penyebab kurangnya perhatian masyarakat akan budaya nyongkolan ini adalah budaya nyongkolan zaman dahulu berbeda dengan nyongkolan zaman sekarang, dimana nyongkolan zaman dulu tidak memerlukan biaya yang cukup banyak dan cukup dengan menggunakan tip dan memutar kaset cilokak (lagu asli sasak) sampai rumah sang permpuan, sedangkan nyongkolan zaman sekarang membutuhkan biaya yang cukup banyak, karena acara nyongkolan harus di iringi oleh gerup musik moderen atau tradisional seperti kecimol, gendang belek, dan ale-ale (aliran musik campuran moderen dan tradisional), walaupun demikian budaya nyongkolan sangat perlu dilestarikan oleh masyarakat karena budaya nyongkolan merupakan ciri khas pulau Lombok.
Masyarakat yang akan melakukan nyongkolan semuanya memakai pakaian adat Lombok, yakni Busana Adat Sasak dalam perkembanganya dipengaruhi oleh  budaya Etnis Melayu, Jawa, Bali dan Bugis. Pengaruh dari berbagai etnis tersebut beralkulturasi menjadi satu dalam tampilan. Busana adat Sasak di berbagai lokus budaya/ sub etnik juga kita dapatkan berbagai bentuk variasi yang mencirikannya. Dikarenakan budaya Sasak bersendikan agama maka busana Sasak disesuikan dengan aturan agama yang dianut ( mayoritas orang Sasak ; pemeluk Islam). Pemakaian busana adat  dilakukan untuk kegiatan yang berkenaan dengan adat dengan tatacara yang beradat. Busana Adat berbeda dengan pakaian kesenian yang boleh memakai “sumping” , berkaca mata hitam, menggunakan pernik-pernik yang menyala keemasan. Dalam ketentuan dalam seminar dan lokakarya Pakain Adat Sasak yang dihadiri oleh para budayawan dan masyarakat adat, telah disepakati pedoman dasar busana adat sasak , jenis dan maknanya sebagai berikut ;
A.      Busana Adat Sasaq laki-laki dan maknanya :
1.      Capuq/Sapuk ( batik, palung , songket) : Sapuk  merupakan mahkota bagi pemakainya sebagai tanda kejantanan  serta menjaga pemikiran dari hal-hal yang kotor dan sebagai  lambang penghormatan kepada Tuhan yang maha esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian adat sasak tidak dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq untuk ritual agama lain.
2.      Baju Pegon ( warna gelap ) : Pegon merupakan busana  pengaruh dari jawa merupakan adaptasi jas eropa sebagai  lambang keanggunan dan kesopanan. Modifikasi dilakukan  bagian belakang pegon agak terbuka untuk memudahkan  penggunaak keris. Bahan yang digunakan sebaiknya berwarna  polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana pakaian kesenian.
3.      Leang / dodot / tampet ( kain songket) : motif kain songket  dengan motif subahnale, keker, bintang empet dll ) bermakna  semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.
4.      Kain dalam dengan wiron / cute : bahannya dari batik jawa  dengan motif tulang nangka atau kain pelung hitam. Dapat juga  digunakan pakain tenun dengan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat penginang .Hindari penggunaan kain putih polos dan merah . Wiron / Cute yang ujungnya sampai dengan mata kaki lurus kebumi bermakan sikap tawadduk-rendah hati.
5.      Keris : Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang  jika bentuknya besar dan bisa juga disisipkan pada bagian depan jika agak kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai lambang adat muka keris ( lambe/gading) harus menghadap kedepan, jika  berbalik bermakna siap beperang atau siaga. Keris bermakna : kesatriaan - keberanian dalam mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak langka maka diperbolehkan juga  menyelipkan “pemaja” (pisau kecil tajam untuk meraut).
6.      Selendang Umbak ( khusus untuk para pemangku adat ): Umbak adalah sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai dengan empat meter. Dihujung benang  digantungkan uang cina ( kepeng bolong). Umbak sebagai  pakaian adat hanya digunkan oleh para pemangku adat,
pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang  kasih sayang dan kebijakan.
B.       Busana Adat Perempuan dan maknanya
1.      Pangkak : Mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.
2.      Tangkong : Pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa  pakaian kebaya dan lambung dari bahan dengan warna cerah atau gelap dari  jenis kain beludru atau brokat. Dihindari penggunaan model yang  memperlihatkan belahan dada dan transparan .
3.      Tongkak : Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi pinggang sebagai lambang kesuburan dan pengabdian
4.      Lempot : Berupa selendang/kain tenun panjang bercorak khas yang disampirkan di pundak kiri. Sebagai lambang kasih sayang.
5.      Kereng : Berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
6.      Asesoris : Gendit /Pending berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai ikat pinggang, Onggar-onggar ( hiasan berupa bunga-bunga emas yang diselipkan pada konde) jiwang / tindik (anting-anting), Suku /talen/ ketip ( uang emas atau perak yang dibuat bros) kalung dll.
Catatan : Pemakaian alas kaki dibenarkan meskipun pada aslinya tidak digunakan. Alas kaki yang boleh digunakan berupa selop baik yang dibuat dari bahan karet  maupun kulit. Belakangan ini pada wanita yang menggunakan jilbab tetap bisa dibenarkan dengan modifikasi menambah mahkota yang dihias sebagaimana penggunaan konde/cemara



BAB III
PENUTUP

SARAN DAN KRITIK
A.    Saran
Budaya nyongkolan yang sangat terkenal di pulau seribu masjid ini sudah mulai pudar, hal ini disebabkan karna kurangnya kepedulian masyarakat akan pentingnya budaya pada suatu daerah sehingga budaya nyongkolan ini dibiarkan begitu saja. Untuk itu sebagai masyarakat khususnya suku sasak perlu menyadari bahwa penting untuk melestarikan budaya nyongkolan ini.
B.     Kritik
Dalam melestarikan budaya nyongkolan ini disamping masyarakat, pemerintah juga harus ikutserta dalam melestarikan budaya nyongkolan walaupun dengan cara mengadakan berbagai macam acara-acara yang berkaitan dengan budaya agar ciri khas suatu daerah tetap terlihat dengan jelas, karena budaya merupakan aset yang dapat memberikan kontribusi bagi daerah.


Rabu, 24 November 2010

ANALISA SWOT


1.      IDIOLOGI
Idiologi bangsa Indonesia adalah pancasila, hal yang menarik adalah pancasila asli merupakan kristalisasi nilai nilai luhur budaya bangsa Indonesia, bukan hal yang sulit memahami dan melaksanakan pancasila sebagai idiologi bangsa. Tetapi dalam masa sekarang ini menghalangi rakyat indonesia untuk mempelajari idiologi-idiologi lain yang ada. Hal ini dapat terjadi karena pancasila bukan satu-satunya idiologi yang dapat dipelajari secara bebas oleh rakyat Indonesia yang mengakibatkan munculnya pemikiran-pemikiran baru untuk mengganti pancasila dengan idiologi lain seperti Liberal, Kapitans, komunis maupun Agama.
-          Kelebihan      : Asli Idiologi Indonesia
-          Kelemahan     : keterbukaan bersifat tidak mutlak
-          Peluang          : revitalisasi ideologi
-          Ancaman       : Ketimpangan Pembangunan

2.      POLITIK
Politik Indonesia adalah politik Pancasila yang senantiasa mengedepankan musyawarah untuk mupakat dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga kepentingan semua pihak dapat terakomodasi. Kondisi ini berbeda dengan demokrasi barat yang mengedepankan mekanisme voting dengan metode “one man one vote” yang menurut mereka sesuai dengan konsepsi “vox populi vox deo” atau suara rakyat adalah suara Tuhan. Berbeda dengan mekanisme musyawarah untuk mupakat yang lebih memakan waktu, mekanisme voting dapat dilaksanakan dalam waktu relative singkat, hanya saja akan ada pihak yang kecewa karena kepentingannya tidak terakomodasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan.
-          Kelebihan      : semua kehendak terakomodasi
-          Kelemahan     : waktu relatif lama
-          Peluang          : didukung semua pihak
-          Ancaman       : memakan biaya yang tinggi

3.      EKONOMI
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam yang banyak yang berpotensi menghasilkan semua produk kebutuhan hidup rakyat Indonesia. Hanya saja rakyat Indonesia “gila merk” dalam mengkonsumsi kebutuhannya lebih memaki bahan bermerk luar negri yang sebenarnya dapat diproduksi oleh bangsa Indonesia sendiri. Akibat yang timbul adalah sifat pemborosan dan kesulitan pemupukan modal/capital oleh bangsa Indonesia.
-          Kelebihan      : sumber bahan baku
-          Kelemahan     : mental
-          Peluang          : semua peroduk dapat diproduksi
-          Ancaman       :  boros

4.      SOCIAL
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah pulau yang ribuan serta topografi medan yang beragam heterogenitas kondisi alam menghasilkan keanekaragaman budaya dimana setiap budaya akan menghasilkan tata nilai maupun norma yang berbeda. Intraksi antara budaya yang berbeda berpotensi mengakibatkan benturan budaya yang dilandasi oleh prasangka yang timbul dari setiap budaya-budaya yang apabila terus dibiarkan akan mengakibatkan disentegrasi positifnya heterogenitas budaya dapat menjadi aset wisata y ang luar biasa. Salah satu contoh adalah Bali yang termasyur dengan kekayaan budayanya.
-          Kelebihan      : heterogen
-          Kelemahan     : perbedaan tata nilai
-          Peluang          : pariwisata
-          Ancaman       : disintegrasi

Pertahanan keamanan
Sebagai sebuah Negara Indonesia sebenernya sebenernya kaya, hanya beragamnya sector-sektor kebutuhan yang harus dipenuhi membuat pembiayaan untuk pos pertahanan dan keamanan memiliki limit yang terbatas karena harus berbagi dengan sector-sektor kebutuhan yang lain. Positifnya bahwa minimnya anggaran tersebut sedikit banyak tertolong oleh kondisi kuantitas penduduk Indonesia yang memungkinkan untuk memilih yang terbaik dalam proses rekruitmen personel tentara maupun polisi
-          Kelemahan     : kuantitas penduduk
-          Kelemahan     : ekonomi dan pertahanan minim
-          Peluang          : alternatif rektuitmen personil
-          Ancaman       : persenjataan yang tertinggal, disentegrasi

TUGAS KULIAH